Mengingat-ingat masa SMA, terselip ingatan tentang seorang sahabat, sekaligus tutor bagi kami.
Sangat bangga kami mempunyai sahabat seperti dirinya. Dia adalah salah satu juara di sekolah kami.
Sebelum ujian, terutama ujian matematika, fisika dan kimia, agenda wajib kami adalah meminjam catatannya, memfotokopi lalu datang ke rumahnya pada malam hari sebelum ujian. Kami datang meminta penjelasan mengenai rumus-rumus yang tidak sanggup kami cerna. Lalu dengan sabar dia mengambil pensilnya dan menuliskan kembali cara-cara penyelesaian itu di sebuah buku catatan, sementara kami menyimaknya.
Sebenarnya kami sudah mempelajari soal dan rumus itu sebelumnya di rumah kami masing-masing, sehingga dia tidak perlu lama-lama meladeni kepolosan kami. Kami pun juga tidak enak hati, berlama-lama mengganggu waktu belajarnya. Bukan hanya itu sebenarnya kami juga merasa agak pusing karena belum terbiasa membaca di bawah temaram lampu ruang tamunya yang berwarna kuning.
Sampai Ujian Akhir Nasional pun, cara belajarnya masih seperti itu, masih dengan buku catatan dan pensil, dan lampu dirumahnya masih bohlam kuning. Dan seperti biasa juga, nilai-nilainya selalu membuat kami berdecak kagum. Setelah lulus dia menerima beasiswa prestasi dari pemerintah daerah untuk melanjutkan ke salah satu perguruan tinggi terkenal di Indonesia, tepatnya di Institut Pertanian Bogor. Alhamdulillah, kami juga dapat melanjutkan ke perguruan tinggi dari penghasilan orangtua kami.
****
Kini buku catatan, pensil, dan bohlam kuning itu berganti menjadi sebuah laptop.
Akankah menjadi lebih berprestasi, dengan segala kemudahan ini?
___________
Salam hangat untuk sang Sahabat..
jazakillah khairaan katsiraan